Keberuntungan Jokowi Sudah Habis
MoneyTalk, Jakarta – Pada Minggu (01/09), dalam rekaman kanal YouTube “Bossman Mardigu” yang berdurasi 17:45 menit, Mardigu Wowiek Prasantyo, yang dikenal sebagai Bossman Mardigu, menyampaikan pandangannya mengenai perkembangan politik Indonesia, khususnya terkait dengan nasib keberuntungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto. Dikutip oleh MoneyTalk.id, Mardigu menyebutkan bahwa keberuntungan Jokowi sudah habis, sementara keberuntungan Prabowo justru sedang menanjak.
Mardigu, yang mengaku telah mendukung Prabowo sejak 2004, menilai bahwa strategi politik Jokowi yang sukses selama dua periode masa jabatannya sudah tidak efektif lagi. Menurutnya,
Jokowi menggunakan strategi “love bombing” untuk menarik simpati publik di berbagai daerah, seperti di Solo dan Jakarta, dengan memberikan hadiah dan membangun citra positif.
“Dampaknya cukup besar ketika itu, tetapi sekarang semua itu sudah tidak relevan lagi,” ujar Mardigu.
Dia juga mengkritisi bagaimana Jokowi memanfaatkan mesin partai dan media untuk membangun citra diri sejak menjadi gubernur Jakarta pada tahun 2012 hingga menjabat sebagai Presiden Indonesia.
Bossman Mardigu juga mengomentari langkah Jokowi dalam mengatur karier politik keluarganya, termasuk mencalonkan anaknya, Gibran Rakabuming Raka, di Pilkada Solo dan jabatan lain yang menurutnya adalah bagian dari strategi mempertahankan kekuasaan.
Kritik terhadap Kebijakan Jokowi
Mardigu lebih lanjut menuduh bahwa beberapa kebijakan Jokowi, terutama terkait ekspansi ekonomi di daerah-daerah terpencil yang kaya akan sumber daya alam, hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu dan tidak berpihak pada kepentingan nasional.
“Selama 8 tahun ini, penguasa tertinggi tak peduli pada barang-barang mahal dan sumber daya alam Indonesia yang dijual murah,” kata Mardigu. Dia menuding bahwa kebijakan-kebijakan ini adalah ancaman bagi stabilitas nasional dan lebih menguntungkan elite politik tertentu.
Dia juga menyoroti bagaimana pemerintah di bawah Jokowi menggunakan “buzzer” untuk menyerang para kritikus dan mengontrol narasi media. Mardigu mengklaim bahwa upaya tersebut hanya semakin menunjukkan betapa tidak efektif dan tidak bertanggung jawabnya pemerintahan Jokowi.
Peran Sri Mulyani dan Wacana 3 Periode
Dalam rekaman tersebut, Mardigu juga mengkritik Menteri Keuangan Sri Mulyani yang menurutnya terlalu banyak mengikuti arahan Jokowi, padahal ia dikenal sebagai figur yang sering mengkritik.
Wacana presiden tiga periode yang sempat mencuat juga disorot sebagai salah satu tanda bahwa keberuntungan Jokowi mulai menurun. “Banyak pihak yang menentang keras, dan bahkan ada yang menganggap ini sebagai pelanggaran terhadap konstitusi,” ujarnya.
Menurut Mardigu, berbagai langkah Jokowi, seperti mengupayakan perpanjangan masa jabatan melalui keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang dikritik sebagai tidak sesuai dengan kepatutan, merupakan bukti bahwa kekuasaan Jokowi mulai kehilangan dukungan.
Mengakhiri pandangannya, Mardigu menyebut bahwa Jokowi masih mencoba mengatur citra dirinya dengan membatasi interaksi dengan media dan hanya menampilkan berita-berita yang terstruktur untuk menutupi sisi negatif pemerintahannya.
Namun, Mardigu percaya bahwa keberuntungan politik Jokowi akan segera berakhir.
“Keberuntungannya mungkin hanya tersisa karena masih memiliki dukungan dari beberapa partai yang lebih mementingkan jabatan,” pungkas Mardigu.
Pendapat Bossman Mardigu ini tentu saja memicu perdebatan di kalangan publik.Banyak yang mendukung pandangannya, namun tidak sedikit pula yang menganggap bahwa pernyataan tersebut terlalu simplistik dan tendensius.
Apakah benar keberuntungan Jokowi sudah habis? Atau justru ini hanyalah bagian dari dinamika politik jelang Pilpres 2024? Yang pasti, pertarungan politik Indonesia akan terus menarik untuk diikuti.(c@kra)
Views: 0