Selamat Ginting: “Berat dan Sia-sia, Kalau Anies Buat Partai Baru
MoneyTalk, Jakarta – Dikutip dari Kanal YouTube ILCpada Sabtu (07/09), Pengamat politik Universitas Nasional, Selamat Ginting, memberikan pandangannya terkait isu kemungkinan Anies Baswedan membentuk partai politik baru setelah berbagai kontroversi dan dugaan penjegalan yang menimpanya diri Anies sebagai calon presiden.
Dalam diskusi yang ditayangkan di kanal YouTube Indonesia Lawyers Club (ILC), Ginting menilai langkah tersebut akan berat dan berujung sia-sia bagi Anies.
Meski Anies Baswedan dianggap sebagai tokoh yang terzolimi oleh sistem politik, membentuk partai baru akan dianggap sebagai langkah pragmatis.
Membentuk partai politik bukan perkara mudah, Dan Mengumpulkan massa, dukungan, dan membangun infrastruktur partai dari nol adalah tantangan besar, apalagi di tengah situasi politik yang sudah sangat terpolarisasi, tegas Ginting
Politik di Indonesia saat ini didominasi oleh kepentingan-kepentingan global dan oligarki yang menyusup ke dalam partai-partai politik. Hal ini membuat partai politik di Indonesia menjadi instrumen kekuasaan yang sering kali diperdagangkan.
Kalau partai baru dibuat, akan ada tantangan besar dari pihak-pihak yang memiliki kepentingan, bahkan bisa jadi partai tersebut akan dijual kepada yang mau menggunakan, ujar Ginting.
Ginting juga menyoroti kemungkinan adanya kesulitan dari Kementerian Hukum dan HAM dalam memberikan izin pendirian partai baru, apalagi jika melihat konteks politik saat ini.
Atau Mengambil alih partai yang sudah ada pun bukan langkah mudah. “Untuk bisa masuk ke Senayan, butuh 40 kursi. Dalam kondisi sekarang, meraih partai-partai politik di parlemen itu sangat sulit,” jelasnya.
Lebih lanjut, Ginting menyinggung soal Prabowo Subianto yang di Kongres Nasdem sempat bercanda mengenai kemungkinan adanya kolaborasi atau bahkan kompetisi antar partai. “Partai politik di Indonesia saat ini seolah menjadi perahu yang diperebutkan; apakah Anda mau naik, dan kalau mau, berapa biayanya?” tambahnya dengan nada kritis.
Menurut Ginting, dengan dinamika politik yang ada, fokus Anies sebaiknya bukan pada membentuk partai baru, tetapi lebih pada memperkuat peran sebagai pejuang demokrasi. “Anies lebih baik mempromosikan nilai-nilai demokrasi, mendorong partisipasi aktif masyarakat, dan menjadi pemantau pemilu agar berlangsung transparan, adil, dan bebas.
Seperti Gus Dur yang berjuang demi demokrasi tanpa harus mendirikan partai politik baru setelah keluar dari kekuasaan.”
Namun, jika Anies masih memiliki ambisi politik, maka ia harus siap menghadapi berbagai ujian dan serangan pribadi, mulai dari keluarganya, ijazahnya, hingga kepribadiannya.
Apakah dia sanggup dikuliti habis-habisan oleh lawan politiknya? Apakah dia siap menghadapi fitnah-fitnah yang pasti akan datang ? tanya Ginting mengakhiri pandangannya.
Pernyataan Selamat Ginting ini memperlihatkan betapa kompleks dan penuh tantangan dunia politik Indonesia saat ini. Dalam konteks ini, langkah Anies Baswedan, apakah akan membuat partai baru atau menjadi pejuang demokrasi independen, akan sangat menentukan masa depan karier politiknya dan dinamika politik nasional ke depan.(c@kra)