Modal Akting, Pengamat Anggap Lucky Hakim ‘Mata Duitan’
INDRAMAYU – Sosok Lucky Hakim kembali menjadi sorotan setelah pria yang dikenal sebagai pesohor tersebut memutuskan maju dalam Pilkada Indramayu 2024. Lucky Hakim dianggap sebagai politisi yang mata duitan.
Lucky Hakim memulai karirnya dengan penuh kontroversi. Ketika didaulat menjadi anggota DPR RI dari Partai Amanat Nasional pada 2014, Lucky Hakim dituduh mencuri suara koleganya di PAN, Intan Fitriana Fauzi hingga berujung dipecatnya Lucky Hakim dari PAN pada 2018.
Setelah dari PAN, pada pertengahan 2018 Lucky Hakim memutuskan untuk hengkang ke Partai Nasdem. Perpindahan itu menurut Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan melibatkan uang sebesar Rp5 miliar. Dalam pemberitaan Kompas.com, Zulkifli mengaku mengetahui hal itu dari Lucky melalui pesan singkat. Dari Rp 5 miliar, baru Rp2 miliar yang ditransfer ke Lucky.
“Kalau Lucky transfer dari lima miliar (rupiah), tapi baru terima dua miliar (rupiah). Dia SMS ke saya. Ada WA-nya (pesan Whatsapp) selain karena PAW (pergantian antarwaktu),” ujar Zulkifli seperti dikutip Kompas.com, (18/7/2018).
Hal ini pun mendapat sorotan dari Ketua Padepokan Hukum Indonesia, Musyanto. Menurut pandangan Musyanto, hal ini harus menjadi perhatian dari warga Indramayu saat memilih pemimpin di pilkada kali ini.
“Banyak orang kini meragukan keseriusan Lucky dalam dunia politik. Popularitasnya sebagai seorang artis mungkin menjadi modal awal, namun tanpa dedikasi dan komitmen yang kuat, ia justru dianggap sebagai sosok yang hanya mencari keuntungan pribadi dan seolah memperkuat persepsi bahwa ia ‘mata duitan’,” kata Musyanto.
Apalagi, lanjut Musyanto, masalah yang melibatkan pria yang lebih dulu dikenal sebagai artis tersebut terus datang. Sebab saat menjadi ketua Nasdem Indramayu pun Lucky Hakim juga diduga menerima aliran dana dari ketua KPUD Indramayu terkait pemilihan legislatif meski masalah ini hilang tanpa ada jawabannya.
Tak hanya itu, saat Lucky Hakim menjabat sebagai Wakil Bupati Indramayu pria ini menimbulkan kontroversi karena mendatangi Pesantren Al Zaitun yang saat itu tengah menjadi sorotan.
Puncaknya adalah ketika Lucky memutuskan untuk mundur secara tiba-tiba dari jabatan wakil bupati Indramayu. Menurutnya, pengunduran diri tersebut mencerminkan kurangnya komitmen serta tanggung jawab sebagai pejabat publik.
“Komitmen Lucky Hakim patut menjadi perhatian bagi warga Indramayu. Bila saat mundur sebagai wakil bupati alasan Lucky Hakim adalah tidak mampu mengemban amanah, kenapa saat ini dia malah ngotot ingin menjadi bupati?,” tanya Musyanto.
Tak hanya masyarakat biasa, beberapa politisi lokal dan anggota dewan juga turut menyuarakan kekecewaan mereka terhadap Lucky Hakim. Sejumlah pihak menilai bahwa keberhasilannya memenangkan Pilkada Indramayu 2020 lebih disebabkan oleh popularitas sebagai figur publik daripada kemampuan dan komitmen sebagai pemimpin daerah.
“Jelas terlihat bahwa Lucky Hakim lebih mengutamakan ketenaran dan keuntungan finansial daripada bekerja keras untuk rakyat. Sikap ini merugikan rakyat Indramayu yang telah memilihnya dengan harapan besar,” ungkap seorang anggota DPRD Kabupaten Indramayu.
Lebih lanjut, keputusan Lucky untuk mundur juga menimbulkan spekulasi bahwa langkah tersebut berkaitan dengan tawaran-tawaran bisnis yang lebih menggiurkan di luar politik. Beberapa pengamat menduga bahwa Lucky memilih mundur karena melihat peluang lebih besar di dunia hiburan atau bisnis, yang tentu saja menawarkan keuntungan finansial yang lebih cepat dan instan dibandingkan dunia politik yang menuntut komitmen dan pengorbanan besar.
Bagi masyarakat Indramayu, langkah Lucky Hakim untuk mundur bukan hanya soal kekecewaan pribadi, tetapi juga menjadi cerminan betapa politik bisa dirusak oleh individu-individu yang lebih mementingkan kepentingan pribadi daripada pelayanan publik. Hal ini memberikan pelajaran penting bagi masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam memilih pemimpin, terutama yang berasal dari kalangan selebritas atau figur terkenal.
“Ada perasaan dikhianati. Kami memilih dia karena mengira ia akan membawa perubahan. Namun ternyata, dia hanya peduli dengan diri sendiri. Ini harus menjadi pelajaran bagi semua orang untuk tidak lagi terpesona oleh popularitas saja,” ungkap seorang warga.
Dengan tudingan bahwa ia lebih berorientasi pada materi ketimbang mengemban tugas dengan serius, karier politik Lucky Hakim kini berada di titik yang tidak menentu.
“Jika ia ingin kembali bersaing dalam dunia politik, ia harus mampu membuktikan bahwa dirinya lebih dari sekadar figur populer dan bersedia bekerja keras demi kepentingan rakyat. Namun, dengan semakin kuatnya stigma “mata duitan,” langkah tersebut tampaknya akan sulit bagi Lucky Hakim,” lugas Musyanto.