Tantangan Ekonomi Global dan Ketahanan Nasional di Tengah Proxy War Keuangan

  • Bagikan
Tantangan Ekonomi Global dan Ketahanan Nasional di Tengah Proxy War Keuangan
Tantangan Ekonomi Global dan Ketahanan Nasional di Tengah Proxy War Keuangan

MoneyTalk, Jakarta – Dalam wawancara yang disiarkan di kanal YouTube Renald Kasali pada Senin (28/10), Tito Sulistiyo, Anggota Badan Supervisi OJK, mengungkapkan pandangannya terkait berbagai isu ekonomi global dan domestik. Tito menggarisbawahi tantangan ekonomi yang dihadapi Indonesia di tengah situasi keuangan global yang terus berubah, terutama dalam konteks dominasi dolar AS dan ancaman dari “proxy war” keuangan.

Diskusi ini menyajikan berbagai pandangan Tito, mulai dari ketergantungan pada dolar, dominasi AS dalam infrastruktur keuangan global, hingga peran emas dan potensi China sebagai pesaing dalam dominasi keuangan dunia.

Kekuasaan Atas Mata Uang Dunia

Tito menyebutkan bahwa saat ini Amerika Serikat masih menguasai pasar keuangan global melalui dolar AS dan infrastruktur keuangan yang dimilikinya. AS mampu mendominasi karena memiliki kendali penuh atas mata uang dan jaringan keuangan global. Sementara itu, China secara perlahan berupaya menantang dominasi tersebut dengan mulai mengakumulasi emas dan merencanakan mata uang digital yang didukung oleh emas. Meski demikian, Tito menekankan bahwa langkah China ini masih spekulatif dan belum diimplementasikan secara luas.

Tito juga mengingatkan bahwa beberapa negara yang mencoba menghindari penggunaan dolar AS, seperti Rusia yang mencoba menjual gas dalam rubel, menghadapi berbagai sanksi ekonomi. Ketergantungan global pada dolar sering kali membuat negara-negara lebih memilih untuk tetap bersekutu dengan Amerika daripada menghadapi risiko keuangan yang besar.

Ancaman Proxy War Keuangan, Pengalaman Krisis 1998

Proxy war dalam bidang keuangan menjadi kekhawatiran besar Tito. Sebagai contoh, ia menyebut krisis keuangan 1998 yang melanda Indonesia, ketika pergerakan uang dan nilai tukar memicu runtuhnya pemerintahan Suharto. Tito menjelaskan bagaimana kekuatan eksternal dapat “menghancurkan” ekonomi suatu negara hanya dengan memanipulasi mata uang dan aset, seperti yang terjadi ketika nilai rupiah merosot drastis pada 1998. Menurutnya, skenario serupa dapat kembali terjadi jika Indonesia tidak menjaga ketahanan ekonominya dan tetap tergantung pada investor asing.

Ketergantungan Terhadap Pasokan Pangan dan Energi

Dalam wawancara tersebut, Tito juga menyoroti ketergantungan Indonesia terhadap impor pangan dan energi. Menurutnya, ketergantungan ini menciptakan kerentanan ekonomi yang besar. Sebagai contoh, Indonesia masih mengimpor banyak bahan pokok seperti bawang putih, yang produksinya hanya mencakup 5% dari kebutuhan nasional. Ketergantungan ini, kata Tito, sangat berisiko bagi ketahanan pangan Indonesia. Selain pangan, Tito juga menyebutkan bahwa Indonesia mengimpor sejumlah besar energi, meskipun memiliki sumber daya seperti batu bara.

Tito menjelaskan bahwa ketergantungan pangan dan energi menempatkan Indonesia dalam posisi rentan. “Siapa yang menguasai pangan, menguasai rakyat,” ungkap Tito, seraya mengingatkan bahwa ketergantungan pangan bisa berujung pada krisis sosial jika tidak ditangani dengan baik. Ketahanan pangan, menurutnya, harus menjadi prioritas bagi pemerintah dalam empat tahun ke depan.

Dunia Asuransi, Tantangan Kepercayaan dan Penyalahgunaan Sistem

Tito juga berbicara tentang sektor asuransi di Indonesia yang, menurutnya, mengalami tantangan besar dalam hal kepercayaan masyarakat. Ia menyebutkan bahwa pasca-pandemi COVID-19, klaim asuransi mengalami peningkatan yang signifikan, namun seiring waktu, premi yang diterima justru mengalami penurunan drastis. Hal ini menunjukkan adanya penurunan kepercayaan publik terhadap asuransi.

Tito mengidentifikasi dua masalah utama dalam industri asuransi: penyalahgunaan dan fraud (penipuan). Salah satu bentuk penyalahgunaan adalah peningkatan jumlah resep dan layanan yang diberikan oleh penyedia layanan kesehatan kepada peserta BPJS. Menurutnya, fenomena ini menunjukkan adanya potensi penyalahgunaan dalam sistem asuransi yang justru membebani pemerintah dan masyarakat.

Peningkatan Tata Kelola dan Percepatan Dana Penjaminan

Menjawab pertanyaan Renald Kasali mengenai langkah apa yang bisa diambil untuk memperbaiki sistem asuransi dan meningkatkan kepercayaan masyarakat, Tito merekomendasikan peningkatan tata kelola dan percepatan dana penjaminan asuransi. Ia menegaskan bahwa transparansi dan keterbukaan informasi di pasar modal adalah dasar yang harus diutamakan oleh pemerintah dan pelaku industri.

Selain itu, Tito juga menyoroti perlunya percepatan Dana Penjaminan Asuransi yang telah direncanakan untuk tahun 2028 menjadi lebih cepat agar bisa memberikan rasa aman bagi peserta asuransi.

Kepastian Hukum dalam Pengelolaan Dana Publik

Selain isu ketahanan ekonomi, Tito juga menyoroti pentingnya kepastian hukum dalam pengelolaan dana publik. Menurutnya, terdapat banyak ketidakpastian hukum yang dialami pelaku usaha dalam hal pengelolaan investasi negara di luar negeri. Ia memberi contoh bagaimana perubahan harga atau kondisi cuaca bisa membuat sebuah proyek investasi mengalami kerugian, yang sering kali disalahartikan sebagai bentuk pelanggaran hukum. Oleh karena itu, Tito menekankan pentingnya penegakan hukum yang tidak mengkriminalisasi kebijakan dan keputusan yang diambil untuk kemajuan negara.

Pernyataan Tito Sulistiyo memberikan pandangan yang komprehensif tentang tantangan yang dihadapi Indonesia dalam menjaga kedaulatan ekonomi di tengah persaingan global yang semakin sengit. Tito menekankan pentingnya ketahanan pangan, energi, dan keuangan sebagai pilar utama bagi stabilitas nasional. Selain itu, ia menyoroti peran sektor asuransi yang membutuhkan peningkatan kepercayaan dan tata kelola agar bisa menjadi instrumen yang lebih bermanfaat bagi masyarakat.

Pemikiran-pemikiran Tito bisa menjadi masukan penting bagi pemerintah dan generasi muda dalam merumuskan kebijakan yang strategis, terutama dalam mempersiapkan Indonesia menghadapi tantangan di masa depan.(c@kra)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *