MoneyTalk, Jakarta – Sri Mulyani kembali dipercaya sebagai Menteri Keuangan di kabinet Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, menandai pengabdiannya pada posisi strategis ini untuk tiga periode berturut-turut, terbilang langka dalam sejarah pemerintahan Indonesia. Langkah ini mungkin mengejutkan beberapa pihak, khususnya ekonom dan pengamat yang memperkirakan Sri Mulyani tak akan kembali menduduki jabatan tersebut di kabinet Prabowo-Gibran. Namun, pelantikan ini juga menggarisbawahi pengaruh besar Sri Mulyani di kancah keuangan nasional dan global, serta keyakinan Prabowo akan pentingnya peran yang ia emban.
Mengapa Prabowo Memilih Kembali Sri Mulyani?
Dari perspektif Prabowo, memilih Sri Mulyani merupakan langkah strategis yang tidak sekadar mempertimbangkan kemampuan teknis, tetapi juga daya tarik dan kekuatan yang dimiliki Sri Mulyani di mata lembaga keuangan internasional seperti IMF dan Bank Dunia. Di bawah pemerintahan baru yang akan menghadapi tantangan ekonomi yang kompleks, Prabowo memerlukan sosok yang sudah teruji dalam mengelola stabilitas fiskal, baik di masa sulit maupun saat perekonomian berkembang. Sebagai seorang menteri yang telah merancang kebijakan fiskal di tengah krisis global maupun domestik, Sri Mulyani diakui mampu mempertahankan stabilitas yang dibutuhkan Indonesia dalam menghadapi tekanan global dan menjaga nilai tukar rupiah.
Sri Mulyani dan Pengaruhnya dalam Geopolitik Ekonomi
Selain kemampuan teknis, kehadiran Sri Mulyani di kabinet memiliki pengaruh geopolitik yang tidak dapat diabaikan. Sebagai salah satu ekonom Indonesia yang memiliki jaringan luas di dunia internasional, Sri Mulyani dikenal baik oleh IMF dan Bank Dunia. Dalam beberapa pertemuan internasional, ia bahkan memimpin diskusi penting tentang perbaikan perjanjian Bretton Woods yang mengatur sistem keuangan global. Posisi Sri Mulyani sebagai pemimpin di pertemuan ini bukan hanya meningkatkan pengaruh Indonesia dalam pembicaraan internasional, tetapi juga menunjukkan kredibilitasnya dalam memimpin reformasi ekonomi di kancah global.
Menurut Yanuar Rizky, pengamat ekonomi yang tampil di podcast PHD 4K bersama Poempida Hidayatulloh, keputusan Prabowo ini menunjukkan bahwa ia menyadari pentingnya menjaga keseimbangan politik di level internasional, terutama di antara kekuatan besar seperti IMF dan kelompok BRICS yang semakin mendominasi panggung ekonomi global. Pilihan Prabowo ini dianggap sebagai langkah untuk mempertahankan hubungan baik Indonesia dengan lembaga-lembaga keuangan global yang memegang peran besar dalam stabilitas ekonomi makro Indonesia.
Kompromi Global dalam Kabinet Prabowo
Keputusan Prabowo ini, meski dikritik oleh beberapa pengamat, dapat dianggap sebagai langkah yang cerdas dalam membentuk kabinet yang kuat dari segi politis dan teknokratik. Menurut Poempida dalam podcast tersebut, kabinet Prabowo terlihat sebagai representasi dari kompromi politik domestik dan internasional. Posisi teknokrat seperti Sri Mulyani bahkan dinilai memiliki dukungan politik global, terutama dari lembaga-lembaga multilateral yang selama ini menjadi bagian penting dari dukungan finansial dan investasi di Indonesia.
Sebagai presiden yang memahami peta geopolitik, Prabowo tampaknya mengimbangi berbagai kepentingan global dalam kabinetnya, di mana posisi Menteri Keuangan yang ditempati oleh Sri Mulyani menjadi fondasi dalam menjaga kepercayaan pasar dan lembaga keuangan global.
Apa Dampaknya Bagi Kebijakan Ekonomi Indonesia ke Depan?
Pengaruh Sri Mulyani dalam kabinet ini tidak hanya menyangkut keuangan domestik, tetapi juga stabilitas nilai tukar dan manajemen utang yang kompleks. Dengan koneksi kuat ke lembaga-lembaga global, Sri Mulyani dipandang mampu menjaga kepercayaan investor asing terhadap ekonomi Indonesia. Yanuar Rizky dalam diskusinya menyatakan bahwa, meskipun keputusan ini terlihat sebagai kompromi, sebenarnya langkah ini akan sangat menguntungkan dalam mempertahankan stabilitas fiskal, khususnya dalam pengelolaan utang luar negeri dan nilai tukar rupiah.
Sri Mulyani diharapkan mampu terus menjaga daya saing ekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian global. Keputusannya dalam kebijakan fiskal, seperti pengelolaan Surat Utang Negara (SUN), akan berdampak langsung pada nilai tukar rupiah yang sangat dipengaruhi oleh persepsi investor terhadap stabilitas ekonomi. Sri Mulyani dipercaya akan mengambil langkah-langkah pruden yang bisa menenangkan pasar, terutama dalam menghadapi volatilitas ekonomi yang semakin tinggi.
Prabowo dengan sadar memilih kembali Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan, menggarisbawahi betapa pentingnya posisi ini di era yang penuh tantangan. Dengan pengalaman, jaringan internasional, dan kemampuan teknisnya, Sri Mulyani bukan hanya simbol stabilitas ekonomi, tetapi juga jembatan bagi Indonesia untuk tetap relevan di tengah persaingan ekonomi global yang semakin kompleks. Keputusan ini diharapkan membawa manfaat bagi Indonesia, baik dalam menjaga stabilitas keuangan domestik maupun meningkatkan daya saing ekonomi di panggung internasional.(c@kra)