Dampak Hasil Pilpres AS 2024: Tantangan dan Peluang bagi Komoditas Ekspor Indonesia di Pasar Global

  • Bagikan
Dampak Hasil Pilpres AS 2024: Tantangan dan Peluang bagi Komoditas Ekspor Indonesia di Pasar Global
Dampak Hasil Pilpres AS 2024: Tantangan dan Peluang bagi Komoditas Ekspor Indonesia di Pasar Global

MoneyTalk, Jakarta – Jika Kamala Harris terpilih sebagai presiden, beberapa komoditas utama Indonesia berpotensi mendapatkan keuntungan dari kebijakan perdagangan yang lebih terbuka dan inklusif.

Harris diperkirakan akan mendukung perjanjian perdagangan internasional yang stabil, sehingga produk-produk seperti tekstil, alas kaki, elektronik, serta beberapa barang manufaktur Indonesia bisa lebih mudah masuk ke pasar AS tanpa terbentur hambatan yang berat.

Di sisi lain, pendekatan pro-lingkungan yang diusung Harris dapat memberikan tantangan bagi industri tertentu di Indonesia yang belum menerapkan standar keberlanjutan, terutama komoditas yang terkait dengan produksi berbasis lahan seperti minyak kelapa sawit.

Meski demikian, jika sektor industri Indonesia mampu menyesuaikan diri dengan standar tersebut, komoditas ramah lingkungan bisa mendapatkan keunggulan di pasar AS di bawah pemerintahan Harris.

Jika Donald Trump kembali menjabat, kemungkinan besar kebijakan perdagangan proteksionisnya akan memengaruhi ekspor komoditas Indonesia.

Kebijakan ini bertujuan untuk mengutamakan produk dalam negeri AS melalui tarif tinggi dan pembatasan impor, yang akan menyulitkan produk tekstil, alas kaki, dan hasil manufaktur Indonesia bersaing di pasar AS.

Komoditas pertanian seperti minyak kelapa sawit mungkin juga terkena dampak, mengingat Trump cenderung mengurangi impor bahan mentah yang bisa diproduksi di dalam negeri.

Sebagai alternatif, perusahaan Indonesia mungkin akan berfokus pada diversifikasi pasar ekspor mereka ke negara-negara lain yang menawarkan akses lebih terbuka.

Secara keseluruhan, hasil Pilpres AS akan sangat memengaruhi komoditas Indonesia di pasar global. Pemerintahan Harris yang lebih inklusif dan berwawasan lingkungan berpotensi membuka peluang baru bagi produk-produk berkelanjutan Indonesia, sementara pendekatan proteksionis Trump bisa menghadirkan tantangan bagi komoditas yang sangat bergantung pada pasar AS.

Hasil pemilu AS begitu ditunggu tidak hanya oleh masyarakat AS namun juga oleh masyarakat dunia.

Karena diduga akan banyak perubahan sebagai dampak dari pemilu presiden di AS tersebut.

Jika Kamala Harris memenangkan pemilu, pendekatannya yang lebih konvensional seperti kebijakan Biden dengan perubahan yang inkremental. Ini artinya diperkirakan kemenangan Kamala akan diikuti keterbukaan bagi perdagangan dan hubungan internasional.

Kamala Harris cenderung melanjutkan kebijakan perdagangan yang mendukung kerja sama dengan negara-negara lain dalam kerangka perjanjian multilateral atau bilateral yang lebih stabil dan terbuka.

Indonesia berpotensi mendapatkan manfaat dari kebijakan ini, terutama karena Harris diharapkan akan mendorong perjanjian perdagangan yang lebih inklusif, yang dapat memperluas akses produk Indonesia ke pasar AS.

Bagi Indonesia, ini berarti peningkatan ekspor produk seperti tekstil, alas kaki, elektronik, dan barang manufaktur lainnya yang selama ini menjadi andalan.

Kepercayaan investor juga mungkin akan meningkat, mengingat stabilitas kebijakan yang lebih terjamin dalam jangka panjang.

Industri manufaktur di Indonesia dapat lebih berkembang dengan adanya aliran teknologi dan investasi dari AS, yang diharapkan Harris akan dorong sebagai bagian dari upaya memperkuat ekonomi global yang saling terhubung.

Di sisi lain, jika Donald Trump terpilih kembali, perdagangan antara Indonesia dan AS kemungkinan akan menghadapi lebih banyak tantangan.

Trump dikenal dengan kebijakan perdagangan proteksionis yang bertujuan melindungi industri dalam negeri AS melalui tarif yang tinggi dan berbagai hambatan dagang lainnya.

Kebijakan seperti ini berpotensi mengurangi akses produk Indonesia ke pasar AS karena daya saing produk Indonesia bisa terganggu oleh bea masuk yang lebih tinggi atau ketentuan lain yang ketat.

Trump diperkirakan akan mendorong produksi dalam negeri AS untuk mengurangi ketergantungan pada produk impor.

Ini berarti bahwa sektor-sektor manufaktur di negara-negara seperti Indonesia perlu menghadapi persaingan lebih ketat atau bahkan merelokasi pasar utama mereka ke negara lain.

Kebijakan Trump dapat menyebabkan penurunan ekspor produk-produk Indonesia, terutama di sektor tekstil dan alas kaki, yang merupakan salah satu komoditas ekspor utama ke AS.

Selain itu, ketidakpastian dalam kebijakan perdagangan yang mungkin muncul dapat mempengaruhi rencana ekspansi atau investasi dari pelaku industri manufaktur di Indonesia yang selama ini menargetkan pasar AS.

Secara keseluruhan, perbedaan pendekatan kebijakan antara Kamala Harris dan Donald Trump sangat signifikan dan akan mempengaruhi pola perdagangan antara Indonesia dan AS.

Harris diperkirakan akan lebih membuka peluang bagi kerja sama perdagangan bebas dan memberikan insentif bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia untuk memperkuat kemitraan dengan AS.

Ini dapat memberikan kepastian bagi pelaku usaha di Indonesia yang ingin memperluas pasar atau meningkatkan volume ekspor mereka.

Sebaliknya, kebijakan Trump yang lebih proteksionis dapat menurunkan minat pelaku industri di Indonesia untuk berinvestasi dalam kapasitas ekspor ke AS, mengingat risiko yang lebih tinggi dari pembatasan perdagangan yang ketat.

Pada aspek industri, kebijakan Harris yang pro-lingkungan juga dapat memberikan tantangan baru bagi industri yang berorientasi ekspor.

Harris diperkirakan akan mendorong standar yang lebih ketat terkait emisi karbon dan keberlanjutan, yang dapat mempengaruhi produk manufaktur dari Indonesia yang belum sepenuhnya menerapkan standar ramah lingkungan.

Namun, jika industri di Indonesia dapat beradaptasi dengan standar ini, pasar AS akan menjadi peluang yang menguntungkan di bawah kepemimpinan Harris.

Sebaliknya, Trump yang tidak terlalu menekankan pada regulasi lingkungan akan lebih fokus pada keuntungan langsung bagi industri AS, dan ini mungkin meningkatkan daya saing barang-barang manufaktur dalam negeri AS dibandingkan barang impor.

Demikianlah analisis skenario utama dalam proyeksi perdagangan dan industri ke depan tergantung pada hasil pemilu di AS.

Perbedaan pendekatan ini dapat menentukan arah kebijakan perdagangan dan investasi Indonesia-AS dalam beberapa tahun ke depan.

Penulis: Achmad Nur Hidayat (EKONOM UPN VETERAN JAKARTA)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *