MoneyTalk, Jakarta – Indonesia terus memperkuat langkah untuk menjadi pemain global dalam teknologi kecerdasan buatan (AI). Ini sebagai bagian dari visi besar Indonesia Emas 2045. Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, dalam sambutannya pada acara Ecosystem for Artificial Intelligence Development (EID) menegaskan pentingnya fokus pada tiga aspek utama, yakni Policy (Kebijakan), People (Sumber Daya Manusia), dan Platform untuk menciptakan ekosistem AI yang kuat, inklusif, dan berdaulat.
Kebijakan menjadi landasan penting untuk memastikan tata kelola AI yang jelas dan terpercaya. Meutya Hafid menyampaikan, pemerintah mengambil pendekatan horizontal (umum untuk semua sektor) dan vertikal (khusus untuk sektor tertentu) untuk menjembatani kesenjangan regulasi.
Pendekatan horizontal memastikan kebijakan AI berlaku universal di berbagai sektor, memberikan kepastian hukum sekaligus ruang inovasi.
Pendekatan vertikal memberi fleksibilitas kepada sektor tertentu untuk mengembangkan aturan khusus yang relevan.
Langkah ini dirancang untuk menciptakan ekosistem AI yang aman sekaligus inovatif, yang dapat diandalkan masyarakat dan pelaku industri.
Bonus demografi yang akan mencapai puncaknya pada 2030 menjadi peluang emas untuk mendorong pengembangan sumber daya manusia. Menteri Meutya Hafid menekankan bahwa pengembangan talenta digital adalah kunci untuk menghadapi disrupsi teknologi.
Melalui program Digital Talent Scholarship, Kementerian Komunikasi dan Digital bekerja sama dengan industri, perguruan tinggi, dan asosiasi, berupaya meningkatkan keterampilan tenaga kerja Indonesia di bidang AI. Salah satu inisiatif penting adalah pendirian AI Center di Jayapura, Papua, yang direncanakan selesai pada awal 2024. Pusat ini diharapkan menjadi sarana strategis untuk melatih generasi muda di wilayah timur Indonesia.
Pemerintah juga fokus pada penciptaan platform teknologi yang dapat mendorong kolaborasi lintas sektor. Platform ini bertujuan untuk:
Mengembangkan adopsi teknologi AI di berbagai sektor, seperti pertanian, kesehatan, dan perencanaan kota.
Mendorong inovasi berbasis AI untuk menyelesaikan masalah sosial dan meningkatkan kualitas hidup.
Kerja sama dengan pemimpin global seperti Nvidia menjadi salah satu strategi untuk memperkuat infrastruktur AI Indonesia. Nvidia dengan kepakarannya dalam AI dan komputasi terakselerasi dianggap dapat memainkan peran besar dalam memperkuat kapasitas lokal dan mendukung transformasi digital di Indonesia.
Dalam sambutannya, Meutya Hafid juga menyoroti kontribusi AI terhadap ekonomi global, terutama pada sektor tenaga kerja. AI memberikan dampak signifikan di negara-negara maju, memengaruhi hingga 60% pekerjaan. Namun, di negara berkembang seperti Indonesia, potensi AI masih terus digali untuk memastikan transformasi digital berdampak positif dan merata.
Dengan target pertumbuhan ekonomi sebesar 8% dalam beberapa tahun ke depan, pemerintah optimis AI akan menjadi salah satu pendorong utama. Inovasi teknologi berbasis AI diharapkan mampu memperkuat produktivitas nasional dan mengurangi kesenjangan sosial-ekonomi.
Indonesia menargetkan untuk menjadi negara berpenghasilan tinggi pada 2038 dengan PDB per kapita mencapai $15.700. Pencapaian ini hanya dapat diraih jika teknologi digital, termasuk AI, dimanfaatkan secara maksimal. Melalui dokumen strategis Indonesia Digital 2045, pemerintah memetakan langkah untuk menciptakan ekosistem digital yang memberdayakan, terpercaya, dan berdaulat. Langkah tersebut antara lain:
Manfaatkan AI untuk kebaikan, gunakan teknologi ini untuk menyelesaikan masalah sosial dan mendorong inovasi.
Kembangkan talenta digital, persiapkan generasi muda dengan keterampilan memadai untuk era AI.
Bangun ekosistem AI yang sehat, dorong kolaborasi lintas sektor untuk memaksimalkan potensi teknologi ini.
Kerja sama dengan mitra global seperti Nvidia menjadi simbol langkah besar Indonesia menuju peran global dalam industri AI. Dengan kolaborasi lintas sektor dan dukungan kebijakan yang solid, Indonesia berada di jalur yang tepat untuk menjadi pemain utama dalam transformasi digital global.
“AI bukan hanya alat untuk inovasi, tetapi juga sarana melestarikan identitas bangsa.” tutup Meutya Hafid.(c@kra)