MoneyTalk, Jakarta – Pada Rabu, 16 Oktober 2024, di kanal YouTube Benix, muncul sebuah pernyataan yang cukup menggegerkan. Benix membahas dengan tajam bagaimana persaingan di industri otomotif Indonesia semakin memanas, khususnya antara pabrikan mobil Jepang dan Cina. Ia bahkan menggambarkan kondisi ini sebagai “perang berdarah” yang akan menentukan siapa yang benar-benar unggul di pasar mobil tanah air.
Pernyataannya muncul di tengah penurunan drastis penjualan mobil domestik, dengan penurunan mencapai lebih dari 26% pada kuartal ketiga tahun 2024, serta prediksi yang menunjukkan bahwa pasar otomotif nasional semakin tak menentu.
Penurunan Penjualan yang Mengkhawatirkan. Benix membuka videonya dengan mengabarkan bahwa penjualan mobil di Indonesia pada sembilan bulan pertama 2024 hanya mencapai 633.000 unit, jauh dari target ambisius 1,1 juta unit untuk tahun ini. Penurunan penjualan ini, menurutnya, sebagian besar disebabkan oleh masyarakat yang semakin menahan diri untuk membeli mobil. Banyak konsumen menunda keputusan untuk membeli, menunggu perubahan besar di pasar otomotif, yang saat ini tengah dipenuhi ketidakpastian.
Fenomena ini diperparah dengan merosotnya daya beli masyarakat dan ketidakmampuan produsen mobil Jepang untuk mempertahankan dominasi mereka. “Pabrikan mobil Jepang sedang berada dalam bahaya besar,” ujar Benix. Pabrikan Jepang, yang dulu tak tertandingi, kini semakin tertekan oleh kehadiran mobil dari Cina dan Korea. Benix bahkan mengungkapkan bahwa mobil-mobil Cina dan Korea semakin mendominasi pasar dengan teknologi yang lebih canggih dan harga yang jauh lebih murah.
Mobil Cina Menciptakan Ancaman Serius, Mobil Cina seperti BYD dan Wuling, menurut Benix, kini telah memasuki peringkat 10 besar penjualan mobil di Indonesia. Ini bukan fenomena yang sepele, karena dalam beberapa tahun terakhir, mobil Cina dikenal mampu menawarkan teknologi mutakhir dengan harga yang sangat kompetitif. Di pasar global, mobil listrik asal Cina bahkan mengalahkan mobil Jerman di Eropa, meski telah dikenakan pajak yang tinggi.
Di Eropa, para produsen mobil seperti Peugeot (Prancis) dan Volkswagen (Jerman) mulai ketakutan akan dominasi mobil listrik Cina. Mereka memproduksi kendaraan dengan harga lebih murah meski pajak dinaikkan, dan kini negara-negara Eropa sedang merancang kebijakan untuk mengenakan pajak lebih dari 50% pada mobil listrik asal Cina guna melindungi industri lokal mereka.
Namun, meskipun menghadapi tantangan regulasi di pasar Eropa, mobil Cina tetap siap masuk ke pasar lain yang lebih mudah ditembus, salah satunya Indonesia. “Indonesia akan dibanjiri mobil Cina yang lebih murah, lebih canggih, dan lebih ramah lingkungan,” ungkap Benix dengan nada yang penuh antisipasi.
Tantangan Bagi Pabrikan Jepang di Indonesia, Mobil Jepang masih mendominasi pasar Indonesia saat ini. Toyota, Daihatsu, Honda, dan Mitsubishi memegang empat posisi teratas dalam penjualan mobil. Namun, dengan masuknya lebih banyak mobil Cina, terutama pada 2025, posisi mereka akan semakin terancam. “Ini baru awal dari revolusi industri mobil di Indonesia,” lanjut Benix. Mobil-mobil Cina yang lebih canggih seperti Changan, Great Wall, Nio, dan Xpeng, yang saat ini belum banyak dikenal di Indonesia, akan segera masuk dan menawarkan teknologi serta harga yang sulit disaingi.
Benix pun menyarankan kepada penontonnya untuk menunda pembelian mobil hingga 2025. Ia meyakini bahwa dengan masuknya lebih banyak mobil Cina, harga mobil, baik baru maupun bekas, akan anjlok karena persaingan yang semakin ketat. “Bukan hanya mobil Cina yang akan lebih murah, tapi harga mobil bekas juga akan turun drastis,” jelasnya.
Siapa yang Lebih Unggul? Dalam persaingan ini, mobil Cina tampaknya memiliki keunggulan yang jelas dari segi harga dan teknologi. Dengan produksi massal dan kemampuan untuk menekan biaya, mereka mampu menawarkan kendaraan berkualitas tinggi dengan harga yang jauh lebih terjangkau dibandingkan mobil Jepang. Meski demikian, pabrikan Jepang masih memiliki basis konsumen yang loyal di Indonesia dan kualitas yang sudah terbukti selama beberapa dekade.
Namun, jika mobil Cina benar-benar membanjiri pasar Indonesia dalam waktu dekat, situasinya bisa berubah drastis. Konsumen akan lebih banyak pilihan dengan harga yang lebih kompetitif. Ini akan memaksa pabrikan Jepang untuk menurunkan harga atau meningkatkan fitur teknologi mereka jika ingin tetap relevan di pasar Indonesia.
Benix menyimpulkan bahwa, pada akhirnya, konsumenlah yang akan diuntungkan dari perang dagang ini. Persaingan yang ketat akan memaksa produsen untuk memberikan yang terbaik dari segi kualitas, teknologi, dan harga, membuat tahun 2025 menjadi tahun yang sangat menarik untuk industri otomotif di Indonesia.(c@kra)