Komunitas Muslim dan Keturunan India Menangkan Trump

  • Bagikan
Komunitas Muslim dan Keturunan India Menangkan Trump
Komunitas Muslim dan Keturunan India Menangkan Trump

MoneyTalk, Jakarta – Mardigu Wowiek mengungkap analisis dalam kanal youtubenya pada Minggu (10/11) yang cukup kontroversial terkait kemenangan mantan Presiden AS Donald Trump dalam pemilu yang berlangsung baru-baru ini. Menurut Mardigu, kemenangan Trump yang luar biasa ini tidak lepas dari dukungan komunitas Muslim keturunan Arab dan komunitas keturunan India di Amerika Serikat. Kedua komunitas ini disebut sebagai “game-changer” yang memberikan suara signifikan, terutama di negara-negara bagian swing states yang akhirnya dimenangkan oleh Trump secara telak.

Mardigu Wowiek menjelaskan, Trump dipandang sebagai American Hero oleh banyak kalangan. Trump digambarkan sebagai sosok pejuang sejati yang tidak mudah menyerah meski menghadapi berbagai masalah, termasuk kasus hukum yang kompleks hingga tuduhan kriminal. Narasi ini menjadi faktor kuat yang menarik simpati berbagai kelompok, termasuk komunitas Muslim dan keturunan India yang selama ini tidak begitu diidentikkan dengan basis pendukung Trump.

Menurut Mardigu, dukungan dari komunitas keturunan Arab dan India tidak terlepas dari dua sosok kunci di belakang kampanye Trump, yaitu Vivek Ramaswamy dan Kash Patel. Ramaswamy dikenal sebagai salah satu pendukung utama Trump yang berasal dari keturunan India, sedangkan Patel, yang disebut memiliki posisi strategis di National Security Establishment (NSE), dianggap sebagai sosok berpengaruh yang dapat memimpin CIA di masa mendatang.

Mardigu menyoroti bagaimana kampanye Trump berhasil meraih simpati publik melalui propaganda yang efektif. Salah satunya dengan menjanjikan keamanan di Palestina dan Timur Tengah. Trump disebut berjanji untuk menghentikan invasi Israel, sebuah janji yang menarik perhatian komunitas Muslim. Hal ini dikombinasikan dengan kegagalan Presiden Joe Biden dalam membangun ekonomi Amerika, yang tidak dilihat sebagai masalah oleh tim suksesnya, termasuk Wakil Presiden Kamala Harris.

Mardigu juga mengaitkan kemenangan Trump dengan berbagai manuver politik internasional, termasuk kabar soal Netanyahu yang memecat Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant. Teori yang diangkat oleh Mardigu adalah bahwa Gallant mendukung Trump, khususnya terkait kebijakan Philadelphi Corridor di Gaza.

Trump mencetak sejarah sebagai presiden AS pertama yang terpilih kembali meski dalam status terdakwa. Kemenangan ini semakin luar biasa karena Trump berhasil mengalahkan calon presiden perempuan untuk kedua kalinya, membuktikan bahwa masyarakat Amerika mungkin belum siap dipimpin oleh seorang perempuan di kursi presiden.

Mardigu juga menyoroti dampak kemenangan Trump terhadap pasar keuangan. Istilah ‘Trump Trade’ kembali populer dengan melonjaknya indeks pasar saham Amerika Serikat. Saham-saham besar seperti Citigroup dan Bank of America mengalami kenaikan signifikan, sedangkan Tesla melonjak lebih dari 14%. Bitcoin juga mengalami peningkatan tajam, mencapai $75.000, sementara Dolar AS menguat ke level tertinggi dalam empat bulan terakhir. Kebijakan Trump yang pro-pasar diharapkan dapat memberikan dorongan positif bagi ekonomi Amerika.

Mardigu juga memperkirakan bahwa Dow Jones mencatat kenaikan lebih dari 100 poin, mencetak rekor tertinggi pasca pemilu sejak tahun 1896, sedangkan S&P 500 dan Nasdaq naik masing-masing 2,5% dan 2,9%, menunjukkan optimisme investor terhadap kebijakan ekonomi Trump.

Trump dikenal dengan kebijakan proteksionisme yang memprioritaskan kepentingan Amerika Serikat. Mardigu menjelaskan bahwa kebijakan ini bisa berdampak negatif bagi negara-negara lain, termasuk Indonesia, karena Amerika cenderung menarik investasinya kembali ke dalam negeri. Namun, situasi ini dapat dimanfaatkan oleh Indonesia dengan strategi yang tepat, seperti yang dilakukan oleh Vietnam dan India.

“Indonesia harus pintar memanfaatkan kebijakan proteksionisme ini dengan menarik Foreign Direct Investment (FDI) dari Amerika,” ujar Mardigu. Ia menyarankan agar Indonesia fokus pada proyek yang pro-Amerika untuk menarik aliran dolar ke dalam negeri. Lebih jauh, Indonesia bisa mengikuti jejak Tiongkok dengan membeli paper bonds dari Amerika untuk meningkatkan likuiditas dan mendorong pertumbuhan ekonomi dalam negeri.

Mardigu memprediksi bahwa kembalinya Trump ke Gedung Putih akan membawa perubahan besar dalam kebijakan luar negeri Amerika, terutama dalam hubungan dengan Rusia dan Cina. Trump disebut berencana untuk mengakhiri konflik Ukraina dengan segera, bahkan berniat untuk langsung menelepon Zelensky dan Putin di hari pertama ia kembali menjabat sebagai presiden.

Mardigu juga menambahkan bahwa kebijakan Trump yang lebih fokus pada urusan domestik akan memberikan keuntungan bagi Xi Jinping dan Vladimir Putin. Xi Jinping, misalnya, dapat melanjutkan ambisinya di Taiwan, sementara Putin mendapatkan peluang untuk mengakhiri konflik di Ukraina tanpa campur tangan signifikan dari Amerika.

Analisis Mardigu Wowiek memberikan perspektif menarik tentang kemenangan Trump di pemilu terbaru. Dukungan komunitas Muslim keturunan Arab dan komunitas keturunan India menjadi penentu kemenangan di negara-negara bagian swing states. Meski menghadapi berbagai skandal dan tantangan hukum, Trump berhasil membuktikan dirinya sebagai “American Hero” yang tidak mudah tumbang.

Kemenangan Trump tidak hanya mempengaruhi peta politik Amerika Serikat tetapi juga membawa dampak besar pada ekonomi global. Dengan kebijakan proteksionisme yang diusungnya, dunia harus bersiap menghadapi perubahan besar di bawah kepemimpinan Trump yang baru.(c@kra)

Bagaimana pendapat Anda tentang analisis ini? Apakah Anda setuju bahwa komunitas Muslim dan keturunan India menjadi penentu kemenangan Trump? Tuliskan komentar Anda di bawah ini dan jangan lupa untuk berbagi artikel ini.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *