MoneyTalk, Jakarta – Presiden Prabowo Subianto sedang melawat ke beberapa negara dalam rangka tugas negara.
Sejuk meniupkan udara, bahwa selama lawatan ke beberapa negara tidak sejengkal pun meninggalkan komunikasi dan harapan rakyat.
Melalui tangan-tangan kepanjangannya ia mengatakan, zaman sudah maju, peralatan sudah canggih, tidak ada alasan lagi untuk terputus komunikasi, terkait komando kendali mengemban amanah rakyat.
Maka secara tersurat dan tersirat GIBRAN sang Wakil Presiden tidak lagi sepenuhnya menerima tugas dan tanggung jawab dalam pengelolaan negara selama PS berada di luar negeri.
Simak dan cermati tulisannya dalam buku PARADOK INDONESIA, di sana jelas bagaimana pandangan dan sikap PS terhadap proses, mekanisme dan produk pemerintahan Jokowi.
Perihal faktanya, seolah banyak MBEBEK terhadap Jokowi, ia beralasan itu adalah STRATEGI PEMENANGAN.
Kita boleh percaya atau tidak, faktanya PS telah memperoleh kemenangan itu.
Selanjutnya bagaimana setelah jadi Presiden?
Logis banyak yang menilai, masih setengah-setengah, baik susunan kabinet yang campur aduk antara orang-orang PS, orang-orang Jokowi dan orang-orang pihak lain maupun kebijakan saat ini mirip-mirip melanjutkan kebijakan Jokowi.
Bahkan beberapa hari setelah dilantik, sebelum menetapkan kabinet MERAH PUTIH, sebelum berangkat melawat keluar negeri, PS masih merunduk-runduk ke rumah Jokowi di Solo.
Ibarat pasangan suami isteri orang lain melihat suaminya ganteng, isterinya runyem, atau sebaliknya isterinya cantik suaminya jeblok, sangat berbeda dengan yang menjalani, seolah tidak ada masalah, dunia hanya milik mereka berdua.
Inilah karakter PS yang punya prinsip. Walaupun seolah PARADOK bagi orang lain, namun ia tetap punya keyakinan yang teguh dalam tujuan dan cita-citanya.
Kiranya, kini kita boleh mengikuti sepak terjangnya, semoga Langkah-langkah yang diambil dapat memenuhi harapan rakyat, meskipun tidak semudah membalik tangan.
Kadang sebagian rakyat berpikir secara lokal, namun bisa jadi PS berpikir secara utuh, lokal/ Nasional dan Global / Internasional.
Singkatnya, PS harus bisa menunjukkan dan membuktikan dirinya kepada seluruh rakyat Indonesia, tidak tebang pilih, tidak pandang bulu, tidak sama rata sama rasa, kecuali hanya berpikiran yang menang harus menang, yang kalah harus kalah, yang benar harus benar, yang salah harus salah, yang baik harus dilayani dengan baik. yang buruk harus disikapi secara setimpal.
Pendek kata, sebagai presiden, bukan hanya omon-omon dan janji-janji melulu, melainkan ibarat Sabda Pendeta Ratu.
Secara bertahap, singkirkan orang-orang Jokowi, tidak perlu ragu, zaman sudah canggih. rakyat pasti berada di belakangmu.
Kurangi memuja-muji prestasi Jokowi, lenyapkan ide dan gagasan yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD ’45, kembali arahkan kebijakan yang pro rakyat, pro kedaulatan rakyat dan pro kedaulatan negara.
Kita tidak akan ada hidup selamanya, gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang. tinggalkan kesan heroik, tempa bangsa Indonesia yang berkarakter dan berprinsip kuat, bukan seperti pasir yang mudah hanyut dan terombang ambing oleh derasnya arus air.
Ingat, kita lahir dari rakyat, berjuang untuk rakyat, harus mau timbul tenggelam bersama rakyat, yang mencintai tanah air Indonesia.
Sebagai koreksi, tinjau kembali, Deklarasi GSN (Gabungan Solidaritas Nasional) yang terdiri dari Tim Pemenangan Prabowo dan Tim Pemenangan Gibran, beberapa waktu yang lalu, jika perlu bubarkan.
Karena PS adalah Presiden, Kepala Negara, yang harus menjadi alat pemersatu bangsa Indonesia, menjadi bapak Rakyat Indonesia,tidak boleh berpikir hanya untuk kelompok tertentu, yang bisa ditafsirkan, PS masih berpikir yang lain sebagai musuh dan lawan bersaing.
Saat ini PS sebagai Presiden bukan hanya ketua Partai atau Fan kelompok Pemenangan Pemilu, biarlah itu sebagai yang tersirat tapi bukan sebagai tersurat.
Allohu Akbar! Merdeka!
Penulis: Sugeng Waras, Bandung, 18 November 2024.