Setelah Ditebang, Kayu Beringin Dijadikan Kursi Untuk Anaknya Jokowi
MoneyTalk,Jakarta – Dinasty Politik yang diterapkan Jokowi ditandai dengan keterlibatan anak-anak dan mantunya dalam kontestasi Pemilu pada saat menjadikan Gibran sebagai calon wakil presiden dan kini telah terpilih didongkrak oleh putusan MK, kemudian anak bungsunya yang akan mencalonkan diri sebagai calon wakil gubernur jawa tengah yang didongkrak oleh putusan MA dan dianulir oleh Putusan MK.
karpet merah yang disediakan partai golkar sebagai tiket pencalonan kandidat, hal ini menjadi sorotan Ahmad Khozinudin seorang sastrawan Politik dalam tulisannya Jumat (23/08)
dalam pengamatanya Ahmad menyampaikan setelah memahami diawali pada saat pidato Ketua Umum baru Partai Golkar Bahlil Lahadalia dan sambutan Presiden Jokowi dalam agenda Munas Partai Golkar,
dia menilai sudah tidak ada lagi kehormatan dan wibawa yang tersisa dari Partai ini, selain syahwat kekuasaan. Kader-kader senior Golkar seperti Jusuf Kalla, Aburizal Bakrie, Agung Laksono hingga Luhut Binsar Panjaitan, tak memiliki daya meskipun hanya sehelai rambut, untuk menarik Golkar agar mendongak dan tegak berdiri dihadapan Anasir eksternal Golkar yang menyerobotnya.
selain itu ahmad menyampaikan sekelas Luhut Panjaitan yang biasanya garang kepada rakyat, akan buldozer siapapun yang menghalangi kebijakan penguasa, dalam konteks menjaga Marwah dan wibawa Golkar juga tak berdaya. Luhut, hanya bisa membuat video ‘memelas’ kepada segenap kader Golkar, agar Golkar tidak diatur-atur pihak eksternal.
“Himbauan Luhut Panjaitan agar Munas Golkar dilaksanakan bulan Desember, juga tak diindahkan. Pohon beringin akhirnya ditebang oleh tukang kayu, dengan modus operandi mengancam Ketumnya untuk mundur”, ungkap ahmad.
pada saat acara Munas di gelas Ahmad mencermati Jokowi sebagai pemeran tukang kayu, yang sudah diketahui secara luas aktor dibalik tumbangnya Airlangga Hartarto, saat hadir di Golkar malah disambut riuh tepuk tangan dan gelak tawa. Bahlil yang merupakan operator penggergajian pohon beringin Golkar, juga secara aklamasi didapuk menjadi Ketua Umum pengganti.
Dalam Munas tersebut, Bahlil tidak punya malu mengancam kader sendiri agar tunduk pada ‘Raja Jawa’ (baca: tukang kayu), yang menurutnya ‘Ngeri’. Sementara Jokowi, tanpa merasa bersalah menyatakan nyaman berada dibawah pohon beringin Golkar.
Masih menurut ahmad, Golkar memang tak memiliki sisa wibawa. Golkar, setelah ibu kandung yang merawatnya hingga menang Pemilu 2024 ditusuk jantungnya, berdarah darah dan mati. Tapi malah dengan tangan terbuka, menerima pembunuh yang tangannya masih berlumuran darah ibu kandung Golkar yang meramut Golkar selama 5 tahun terakhir, disambut gegap gempita penuh kehormatan, dan operatornya diterima secara aklamasi sebagai organ tertinggi yang mengendalikan Golkar.
Wajar saja, orang yang masih punya moral seperti Wanda Hamidah dan Jusuf Hamka, keluar dari Golkar. Sementara selebihnya, watak dan karakternya juga tidak jauh beda dengan si tukang Kayu yang menggergaji Golkar. Cuma setia pada kekuasan, bukan pada visi misi dan cita organisasi Golkar.
“Benar kata Mohammad Shobari, Golkar hanyalah onderdil kekuasaan. Siapapun bisa belanja onderdil Golkar untuk meraih dan mempertahankan kekuasan”, cetusnya.
lebih jauh ahmad dalam tulisannya mengilustrasikan Kayu pohon beringin Golkar, diolah untuk kursi kekuasan Gibran. Diolah lagi untuk menyiapkan kursi kekuasan Kaesang, walau yang kedua ini terganjal oleh putusan MK.
Semestinya Golkar melawan, sebab jika Airlangga yang setia saja dikorbankan, apalagi yang lain? Bahlil pun, jika sudah tidak dibutukan nanti juga dibuang. Seperti diabaikannya Luhur Panjaitan, padahal Luhut ibarat bahu kekuasan Jokowi. Tetap saja, saat menghalangi ambisi Jokowi, opung Luhut digergaji.
“Ah sudahlah. Golkar bukan partai mandiri, Golkar hanyalah pohon beringin yang digergaji tukang kayu, dan kayunya dijadikan mebel kursi untuk kekuasan anak-anak si tukang Kayu”, pungkas Ahmad.C@kra)