Qodari: Demo Mahasiswa Dukung MK Wajar, Tapi Ada Penumpang Gelap yang Ingin “Tembak” Jokowi | Unpacking Indonesia

0

MoneyTalk, Jakarta – Pengamat politik, Qodari, dalam acara podcast “Unpacking Indonesia” yang dipandu oleh Zulvan Lindan di kanal YouTube, memberikan pandangannya terkait aksi demonstrasi mahasiswa yang mendukung Mahkamah Konstitusi (MK). Menurut Qodari, demonstrasi tersebut wajar terjadi mengingat sensitivitas isu yang menyangkut kepentingan banyak pihak. Namun, ia juga menyoroti adanya “penumpang gelap” yang menunggangi aksi tersebut untuk menyerang Presiden Jokowi.

Dalam acara yang berlangsung pada Sabtu, 24 Agustus 2024 itu, Qodari menyinggung bahwa keputusan MK sering kali menimbulkan polemik, terutama karena adanya dugaan pengaruh politik dari partai tertentu. Hal ini menurutnya, sudah menjadi bagian dari realitas politik di Indonesia yang harus dihadapi, meskipun ia menyatakan tidak berani berkomentar lebih jauh sebelum ada bukti konkret terkait dugaan tersebut.

Tinjauan Kritikal terhadap MK dan DPR

Qodari juga menyatakan bahwa saat ini persepsi publik terhadap MK lebih positif dibandingkan dengan DPR. Menurutnya, hal ini disebabkan oleh anggapan bahwa MK bersikap lebih altruistik dibandingkan DPR yang dianggap egois dalam menjalankan peran politiknya. Namun, ia mengingatkan bahwa opini publik bisa sangat dipengaruhi oleh pandangan yang berkembang di media sosial, yang sering kali tidak sepenuhnya objektif.

Ia menambahkan bahwa kritik terhadap DPR muncul meskipun lembaga tersebut sebenarnya telah menjalankan perannya dengan benar. Sementara itu, keputusan-keputusan MK yang dianggap “kebablasan” justru mendapatkan pembelaan dari masyarakat. Ini, menurut Qodari, adalah hal yang perlu dikaji lebih dalam oleh mahasiswa yang turut serta dalam aksi-aksi tersebut.

Penumpang Gelap dan Kritik Terhadap Jokowi

Dalam pembahasannya, Qodari menyinggung bahwa dalam beberapa demonstrasi, terlihat adanya kelompok-kelompok yang memanfaatkan situasi untuk menyerang Presiden Jokowi secara personal, termasuk keluarga beliau. Menurutnya, hal ini menandakan adanya kepentingan politik tertentu yang menunggangi aksi-aksi tersebut, sehingga fokus demonstrasi bergeser dari isu utama yang seharusnya diprotes.

Ia menilai bahwa meskipun demonstrasi dilakukan dengan tujuan untuk mengawal keputusan MK, kenyataan di lapangan menunjukkan adanya eskalasi yang sangat cepat, di mana aksi protes yang awalnya ditujukan kepada MK kemudian beralih menjadi serangan verbal terhadap Presiden Jokowi.

Realitas Politik dan Tantangan Pilkada 2024

Qodari juga menyatakan bahwa Pilkada 2024 akan menjadi ajang yang berbeda dengan Pilkada sebelumnya, terutama karena kedekatan antara calon-calon kepala daerah dengan partai politik yang akan berperan besar dalam pembentukan kabinet pemerintahan selanjutnya. Ia menyoroti bahwa partai politik cenderung akan mengajukan kandidat yang tidak hanya populer, tetapi juga memiliki hubungan kuat dengan kekuasaan yang ada.

Dalam penutupnya, Qodari mengingatkan bahwa realitas politik di Indonesia saat ini tidak memungkinkan terjadinya perubahan yang drastis, terutama dalam hal komposisi kekuatan partai politik di pemerintahan. Ia menegaskan bahwa kabinet yang akan terbentuk nantinya pasti akan didominasi oleh partai politik besar, mengingat pentingnya menjaga kesatuan dan nasionalisme dalam konsep pemerintahan yang akan datang.(c@kra)

Leave A Reply

Your email address will not be published.