MoneyTalk, Jakarta – Syaiful Huda Ems, seorang pengacara sekaligus pemerhati politik, dalam pernyataan pers yang diterima oleh MoneyTalk pada Selasa (27/08), menanggapi dengan tegas tuduhan yang dialamatkan kepadanya terkait dukungannya terhadap Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Huda Ems menyebut tuduhan tersebut sebagai “BOTOL,” sebuah istilah yang menunjukkan kebodohan dan ketidaktahuan mereka yang menuduhnya.
Sangat BOTOL sekali orang-orang yang menuduh saya sebagai pendukung HTI, ujar Huda Ems. Tuduhan tersebut muncul setelah ia menulis tentang kemungkinan Anies Baswedan menjadi calon Gubernur Jakarta 2024 bersama Rano Karno, yang menurutnya akan diusung oleh PDIP. Ia menekankan bahwa dirinya dan rekan-rekan pengacara lainnya justru menjadi kuasa hukum pemerintah, dalam hal ini Kementerian Hukum dan HAM (KEMENKUMHAM RI), saat menghadapi gugatan pembubaran HTI oleh HTI sendiri di PTUN Jakarta pada tahun 2017.
Huda Ems mengingat bagaimana saat itu Gedung Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) dikepung oleh ribuan anggota HTI. Ia pun bercerita bahwa hidupnya penuh dengan teror setiap hari karena terus memberikan dukungan pada Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam Pilgub Jakarta 2017. “Persahabatan saya dengan teman-teman satu almamater, baik di pesantren maupun di kampus, mengalami keretakan,” kenangnya, menambahkan bahwa banyak orang, termasuk pejabat auditor BPK, mengancam keselamatannya.
Meski menghadapi berbagai ancaman, Syaiful Huda Ems menegaskan bahwa ia tidak pernah gentar. “Apakah saya gentar dan kemudian berbalik mendukung HTI? Tidak!” ujarnya dengan tegas. Baginya, hidup dan mati sudah ada dalam genggaman Allah SWT, dan ia akan terus melawan siapa pun yang berusaha mengganti Pancasila dan NKRI dengan ideologi lain.
Dalam pernyataannya, Huda Ems juga menyinggung peran pemerintah saat ini, yang menurutnya turut menciptakan benturan horizontal antar masyarakat. Ia pun menyerukan agar Presiden Joko Widodo segera ditumbangkan, namun menekankan bahwa upaya tersebut harus dilakukan tanpa kekerasan. “Pergerakan moral, politik, intelektual yang saat ini lebih dibutuhkan. Dan kekerasan hanya akan memunculkan kekerasan baru, maka jauhilah kekerasan,” pungkasnya.
Pernyataan Syaiful Huda Ems ini menunjukkan betapa kompleks dan terpolarisasinya situasi politik di Indonesia saat ini, terutama di tengah berbagai isu terkait ideologi dan kepemimpinan nasional. Klarifikasi dan seruan yang disampaikannya juga menggambarkan upaya untuk mempertahankan prinsip-prinsip Pancasila dan keutuhan NKRI, meskipun harus menghadapi berbagai ancaman dan tantangan.(c@kra)