Faisal Bongkar Politik Tukar Guling Dinasti Mega & Jokowi.
MoneyTalk, Jakarta – Kegagalan Pencalonan Anies Baswedan dalam Kontestasi Pilkada Jakarta 2024 menjadi kemarahan para pendukungnya, ada bau busuk penjegalan kepada anies.
Sebagaimana telah di ungkapkan Faisal Assegaf, Kritikus dan Ketua Umum Partai Negoro dalam tulisannya yang diterima MoneyTalk.id pada Kamis (29/08).
Pada saat Megawati Soekarnoputri kembali mencuri perhatian dengan pidatonya yang berlangsung hampir dua jam.
Namun, menurut Faisal Assegaf, pidato tersebut hanya diisi dengan curhat, banyolan, dan teriakan yang diibaratkan mirip dengan suara knalpot vespa. Tidak ada manfaat bagi rakyat, hanya celoteh kosong dan narasi penuh kebohongan yang disampaikan.
Faisal menganggap sebagian netizen dan media terpancing dengan narasi seolah-olah Megawati dan Jokowi telah pecah kongsi.
Namun, Faisal Assegaf menegaskan bahwa ini hanyalah ilusi. Faktanya, kedua tokoh ini semakin lihai dalam mengelabui rakyat. Salah satu buktinya adalah pengusungan Pramono Anung sebagai calon gubernur DKI Jakarta.
Pramono, kader inti PDIP yang telah ditugaskan dalam lingkaran kekuasaan Jokowi selama hampir 10 tahun, dipersiapkan untuk menjaga hubungan erat antara partai dan kekuasaan.
Menjelang akhir masa jabatannya, Pramono semakin memperjelas hubungan mesra antara Jokowi dan Megawati.
Selain itu dari pengakuan Pramono bahwa Jokowi, yang disebutnya dengan nama Mulyono, berperan besar dalam Pilgub DKI Jakarta melalui rekomendasi dari PDIP dan Megawati, semakin memperjelas permainan politik di balik layar.
Anies Baswedan dan rakyat yang cerdas berhasil membuka topeng kemunafikan Mega, PDIP, dan Jokowi secara elegan.
Tak hanya di internal PDIP, Jokowi juga memainkan manuver di koalisi partai lain. Koalisi Indonesia Maju (KIM), yang terdiri dari 12 partai, digiring untuk memastikan Anies tidak memiliki peluang maju di Pilgub.
Partai-partai seperti PKS, Nasdem, dan PKB, yang sebelumnya mendukung Anies, terpaksa mundur. Bahkan, Prabowo Subianto ikut terjebak dalam permainan licik Jokowi dan Megawati.
Namun, gerakan mahasiswa dan protes dari elemen rakyat semakin masif. Kejahatan politik Jokowi kini menjadi sorotan serius, dengan tuntutan untuk mengadili Jokowi, Gibran, Kaesang, dan lainnya.
Rakyat dan mahasiswa mulai memahami bahwa dinasti Jokowi, yang didukung oleh PDIP dan Megawati, adalah sumber utama perusakan demokrasi dan negara. Sandiwara politik antara Mega, PDIP, dan Jokowi akhirnya terbongkar, menunjukkan kesatuan mereka dalam memanipulasi kekuasaan tanpa henti.
Kritik keras dari Faisal Assegaf ini menyoroti bagaimana dinasti politik Jokowi dan Megawati telah bersatu dalam sebuah permainan politik yang merusak tatanan negara.
Dinasti yang super rakus ini terus disokong oleh PDIP dan Megawati, menunjukkan bahwa kepentingan pribadi lebih diutamakan daripada kesejahteraan rakyat.
Gerakan mahasiswa dan elemen rakyat yang semakin sadar kini menuntut keadilan dan mengakhiri sandiwara politik yang telah merusak demokrasi di Indonesia.(c@kra)