MoneyTalk, Jakarta – Kaesang Pangarep, putra bungsu Presiden Joko Widodo, mendapat sorotan publik setelah diberitakan menerima panggilan dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Kemudian dalam pemberitaan yang tayang di kanal YouTube Bossmen Mardigu pada Kamis (5/9) pukul 17.25, pengusaha dan influencer Mardigu Wowiek berbicara tentang pemanggilan Kaesang oleh KPK yang diduga terkait dengan penggunaan pesawat yang diduga merupakan gratifikasi.
Mardigu menyoroti banyaknya media yang memberitakan pemanggilan Kaesang, namun tidak ada kejelasan mengenai keberadaan Kaesang saat dipanggil KPK.
Dia juga mempertanyakan dugaan gratifikasi terkait penggunaan pesawat tersebut, yang menurutnya telah menjadi bahan perbincangan publik. Mardigu bahkan menyebut bahwa hal ini membuat publik kasihan melihat Kaesang yang menjadi “bulan-bulanan” kritik.
Dalam video tersebut, Mardigu menekankan bahwa dugaan gratifikasi ini dapat menimbulkan efek negatif terhadap citra keluarga Presiden Jokowi. Ia mengkritisi upaya sang ayah untuk mencarikan pekerjaan bagi Kaesang setelah menjadi Ketua Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Menurut Mardigu, langkah ini terlihat seperti usaha “tidak masuk akal” untuk memastikan masa depan yang lebih baik bagi Kaesang, termasuk kemungkinan menjadikan Kaesang sebagai calon wakil gubernur.
Mardigu juga menyinggung kemungkinan perubahan peraturan pemilihan kepala daerah (Pilkada) yang mungkin akan diubah demi kepentingan tertentu, termasuk upaya melawan konstitusi tertinggi Keputusan Mahkamah Konstitusi (MK). Ia memperingatkan bahwa hal ini dapat memicu protes mahasiswa di seluruh Indonesia. “Mahasiswa turun ke jalan di seluruh kota di Indonesia akhirnya mengalah tidak memaksakan kehendaknya,” ujarnya.
Terkait dengan dugaan gratifikasi pesawat yang digunakan Kaesang, Mardigu meminta agar Kaesang memberikan klarifikasi yang jelas kepada KPK dan masyarakat. Ia menyoroti bahwa Kaesang perlu menjelaskan apakah pesawat tersebut disewa dengan biaya sendiri atau merupakan pinjaman dari mitra bisnis.
“Katakan saja, bukan karena Bapak saya, tapi karena saya seorang pengusaha muda yang punya hubungan bisnis yang baik,” ujar Mardigu.
Ia menambahkan bahwa di Singapura, praktik pinjam-meminjam pesawat antara pengusaha dan anak pejabat mungkin dianggap hal biasa, namun di Indonesia perlu diperjelas untuk menghindari dugaan gratifikasi.
Dalam video tersebut, Mardigu juga membandingkan situasi ini dengan peristiwa pada akhir masa jabatan Presiden Soeharto, di mana mahasiswa turun ke jalan setelah melihat fasilitas bisnis yang diterima oleh anak-anak Soeharto. Ia memperingatkan bahwa jika tidak ditangani dengan baik, situasi serupa bisa terjadi pada era Jokowi, meskipun dengan dinamika yang berbeda.
Menurutnya, apa yang terjadi pada Kaesang dan keluarga Jokowi berpotensi menimbulkan kerugian bagi kandidat-kandidat yang dianggap “pilihan istana” dalam Pilkada mendatang, seperti Bobby Nasution di Sumatera Utara, Ridwan Kamil di Jakarta, dan Komjen Lutfi di Jawa Tengah.
Mardigu menegaskan pentingnya transparansi dalam kasus ini dan mendesak Kaesang untuk secara terbuka menjelaskan situasi yang sebenarnya. Ia menambahkan bahwa masyarakat perlu mendapatkan informasi yang jelas agar tidak beropini negatif. “Belajar dari Ayahanda, intinya adalah mengatakan yang sebenarnya kepada KPK dan masyarakat,” katanya.
Ia juga mengingatkan bahwa saat ini adalah waktu yang penting untuk menjaga citra dan reputasi keluarga Presiden Jokowi, mengingat ini adalah masa jabatan terakhirnya. Menurut Mardigu, langkah ini diperlukan untuk memastikan bahwa kesuksesan Jokowi tidak terganggu oleh isu-isu yang dapat mengancam stabilitas politik dan sosial di Indonesia.(c@kra)