MoneyTalk, Jakarta – Hasil survei terbaru dari Indikator Politik Indonesia terkait Pilkada Jawa Barat yang diterima MoneyTalk pada Kamis (12/09) mengungkap perkembangan terkini situasi politik di provinsi tersebut.
Setelah Ridwan Kamil memutuskan untuk mencalonkan diri dalam Pemilihan Gubernur DKI Jakarta, Pilkada Jawa Barat kini menjadi ajang kontestasi yang lebih terbuka tanpa adanya petahana gubernur.
Dengan absennya Ridwan Kamil, persaingan menjadi semakin dinamis, dan peta politik mengalami pergeseran signifikan.
Empat pasangan bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat telah resmi mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Jawa Barat. Mereka adalah:
1. Acep Adang Ruhiat – Gitalis Dwi Natarina yang diusung oleh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
2. Ahmad Syaikhu – Ilham Akbar Habibie, didukung oleh koalisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai NasDem, dan Partai Bulan Bintang (PBB).
3. Dedi Mulyadi – Erwan Setiawan, diusung oleh koalisi besar yang terdiri dari 13 partai, termasuk Partai Golkar, Partai Gerindra, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Demokrat, Partai Solidaritas Indonesia (PSI), dan partai-partai lainnya.
4. Jeje Wiradinata – Ronal Sunandar Surapradja, dicalonkan oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).
Sebagai provinsi dengan jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) mencapai 35,7 juta jiwa, Pilgub Jawa Barat menjadi salah satu perhelatan politik paling strategis dan dinamis di Indonesia.
Hasil Pilkada Jawa Barat tidak hanya akan menentukan peta kekuatan partai politik di tingkat nasional, tetapi juga menjadi tolak ukur kepemimpinan daerah untuk lima tahun ke depan.
Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih akan memainkan peran penting dalam menentukan arah kebijakan pembangunan, ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat di provinsi terbesar ini.
Saat ini, Jawa Barat menargetkan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Perubahan 2024 menjadi sebesar Rp 36,27 triliun. Target ini mencerminkan upaya serius daerah untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakatnya.
Di sisi lain, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Barat pada tahun 2023 tercatat sebesar 74,24, meningkat 0,83% dibandingkan IPM 2022.
Meski demikian, Jawa Barat masih berada di peringkat ke-16 dari 38 provinsi di Indonesia. Hal ini menunjukkan masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh pemimpin Jawa Barat di masa depan untuk mengejar ketertinggalan.
Siapa yang Berpeluang Memimpin Jawa Barat?
Pertanyaan besar yang muncul saat ini adalah, di antara empat pasangan calon yang ada, siapa yang memiliki peluang besar untuk mendapatkan dukungan mayoritas pemilih Jawa Barat dalam Pilgub 2024?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, survei Indikator Politik Indonesia yang dilakukan pada 2-8 September 2024 memberikan gambaran mengenai aspirasi dan preferensi pemilih di Jawa Barat. Survei ini memetakan kecenderungan pilihan pemilih terhadap pasangan calon yang ada serta mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi keputusan mereka.
Survei Indikator Politik Indonesia: Mengukur Aspirasi Pemilih
Hasil survei menunjukkan bahwa preferensi pemilih masih sangat dinamis dan terbuka untuk berubah.
Beberapa faktor utama yang memengaruhi pilihan pemilih adalah popularitas dan kapabilitas calon, visi dan misi yang ditawarkan, serta dukungan partai atau koalisi yang mengusung pasangan calon tersebut.
Survei ini juga mencatat bahwa faktor ketokohan lokal, rekam jejak, dan kemampuan pasangan calon dalam menyampaikan program kerja yang konkret dan solutif menjadi elemen penting dalam menentukan elektabilitas masing-masing pasangan.
Misalnya, pasangan Acep Adang Ruhiat – Gitalis Dwi Natarina berfokus pada program-program kesejahteraan berbasis desa dan ekonomi kreatif, yang relevan bagi konstituen di pedesaan dan kelompok pemilih muda.
Sementara itu, Ahmad Syaikhu – Ilham Akbar Habibie menekankan pentingnya inovasi teknologi dan industri 4.0 sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi Jawa Barat.
Dedi Mulyadi – Erwan Setiawan mengandalkan basis massa tradisional dari koalisi besar yang mereka bangun, serta pendekatan populis dalam program-program pro-rakyat.
Di sisi lain, Jeje Wiradinata – Ronal Sunandar Surapradja menekankan pentingnya keberlanjutan pembangunan dan penguatan infrastruktur sosial.
Hasil survei Indikator Politik Indonesia ini menjadi rujukan penting bagi para pengamat politik, tim pemenangan pasangan calon, dan pengambil keputusan di Jawa Barat.
Dengan peta elektoral yang terus berubah dan pertarungan politik yang semakin ketat, Pilkada Jawa Barat 2024 diharapkan dapat menghasilkan pemimpin yang mampu menjawab tantangan pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Jawa Barat di masa depan. Bagi pasangan calon, hasil survei ini tentu menjadi tolok ukur untuk merumuskan strategi dan pendekatan yang lebih efektif dalam meraih hati pemilih Jawa Barat.
Pilgub Jawa Barat 2024 akan menjadi arena pertarungan politik yang menarik untuk disimak. Dengan berbagai dinamika yang ada, masyarakat Jawa Barat dihadapkan pada pilihan calon pemimpin yang beragam dengan visi dan misi yang berbeda.
Namun, yang paling penting adalah siapa yang mampu menawarkan solusi konkret dan relevan bagi kemajuan Jawa Barat.(c@kra)