MoneyTalk, Jakarta – Narasi Mardigu Wowiek di kanal YouTubenya pada Jumat (18/10/2024) menyentuh topik yang sangat relevan dengan kondisi ekonomi Indonesia saat ini, terutama peran Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Mardigu menyajikan pandangannya tentang bagaimana Prabowo Subianto, presiden terpilih Indonesia, akan menghadapi tantangan besar yang dihadapi oleh BUMN, yang sering dianggap sebagai “beban” bagi negara.
Melalui analogi dengan kesuksesan Singapura melalui Temasek Holdings, ia mengajukan solusi radikal: mengubah cara BUMN dikelola dan menjadikan mereka pemain global yang lebih efisien dan berorientasi profit.
BUMN di Indonesia memainkan peran penting dalam perekonomian nasional, dari sektor energi hingga transportasi, komunikasi, dan finansial. Namun, masalah kronis seperti korupsi, inefisiensi, dan tumpang tindih kepentingan politik menjadikan BUMN sebagai beban, baik secara finansial maupun manajemen.
Menurut Mardigu, salah satu kelemahan utama BUMN di Indonesia adalah adanya keterlibatan politik yang terlalu kuat dalam operasional perusahaan-perusahaan ini, yang sering kali mengorbankan kepentingan bisnis demi agenda politik jangka pendek.
Erick Thohir sebagai Menteri BUMN telah berusaha melakukan restrukturisasi dengan memangkas jumlah BUMN dan membubarkan perusahaan yang tidak efisien. Namun, beban BUMN masih tetap tinggi. Dengan Prabowo yang segera mengambil alih kekuasaan, pertanyaan penting adalah bagaimana strategi beliau dalam menghadapi masalah besar ini. Apakah Erick Thohir akan tetap menjadi tokoh utama di Kementerian BUMN, atau akan ada perubahan besar?
Inspirasi dari Temasek Singapura: Kunci Kemajuan Ekonomi? Mardigu mengutip kesuksesan Temasek Holdings, perusahaan investasi milik negara Singapura, sebagai model yang dapat ditiru Indonesia. Temasek berhasil membawa Singapura menjadi salah satu negara terkaya di dunia, dengan pendapatan per kapita penduduknya mencapai Rp1,4 miliar per tahun.
Salah satu kunci sukses Temasek adalah memisahkan kebijakan politik dari operasional bisnis, yang dijalankan oleh profesional dengan orientasi profit. Temasek memulai dengan aset kecil dan sederhana, seperti taman burung, galangan kapal, dan hotel, namun kini telah menjadi investor global dengan portofolio saham di perusahaan besar dunia seperti BlackRock, Nvidia, dan Amazon.
Mardigu menyarankan Indonesia perlu melakukan hal yang serupa dengan BUMN. Dalam visinya, BUMN harus dilepas dari Kementerian BUMN dan diubah menjadi non-operating holding yang sepenuhnya dikelola oleh profesional.
BUMN tidak lagi mengelola perusahaan secara langsung, tetapi hanya sebagai pemilik saham atau investor. Holding BUMN ini, yang bisa diberi nama PT Nuswantara, akan berfokus pada investasi global dan mendorong pertumbuhan profitabilitas.
Restrukturisasi Radikal, Mengurangi Jumlah BUMN dan Merger
Salah satu poin utama dalam narasi Mardigu adalah mengurangi jumlah BUMN secara signifikan dan menyederhanakan strukturnya. Dari 800-an BUMN dan anak perusahaannya yang ada saat ini, ia mengusulkan bahwa hanya sekitar 50 perusahaan yang perlu bertahan.
Semua entitas ini nantinya akan dimiliki oleh PT Nuswantara, dan beberapa di antaranya akan dilepas ke publik melalui penawaran saham perdana (IPO). Proses ini tidak hanya akan meningkatkan transparansi, tetapi juga memungkinkan masyarakat berpartisipasi dalam kepemilikan perusahaan-perusahaan negara.
Restrukturisasi ini juga mencakup penghapusan praktik BUMN yang membuat anak, cucu, hingga cicit perusahaan tanpa perencanaan yang matang. Mardigu menegaskan pentingnya efisiensi dan penggabungan perusahaan-perusahaan yang sejenis ke dalam satu entitas yang kuat dan siap untuk bersaing di tingkat global.
Memisahkan Kebijakan dengan Eksekusi Bisnis
Salah satu poin penting dalam model yang diusulkan oleh Mardigu adalah pemisahan peran pembuat kebijakan (politisi dan pelayan publik) dengan eksekusi bisnis (profesional di sektor swasta). Hal ini, menurutnya, merupakan kelemahan utama dalam pengelolaan BUMN di Indonesia selama ini. Pejabat negara tidak bisa menjalankan fungsi entrepreneur dengan sukses, dan karena itu perlu ada pemisahan yang tegas.
Jika PT Nuswantara berhasil dijalankan sesuai rencana, perusahaan tersebut akan berperan seperti Temasek: tidak mengelola perusahaan secara langsung, tetapi berinvestasi di perusahaan-perusahaan global dan menciptakan portofolio investasi yang menguntungkan. Keuntungan dari portofolio ini kemudian akan disalurkan kembali kepada negara, baik dalam bentuk dividen atau pengembangan investasi lebih lanjut.
BUMN sebagai Investor Global: Target Prabowo?
Dalam skenario yang diajukan oleh Mardigu, PT Nuswantara akan menjadi perusahaan investasi global yang ambisius. Targetnya adalah memperoleh 75% pendapatan dari luar negeri melalui investasi di berbagai sektor seperti digitalisasi, bioengineering, agrifood, dan teknologi tinggi. Ini merupakan langkah besar yang tidak hanya akan mengurangi ketergantungan pada ekonomi domestik, tetapi juga memposisikan Indonesia sebagai pemain global di pasar internasional.
Prabowo, dengan latar belakangnya yang kuat di bidang militer dan geopolitik, mungkin tertarik pada ide ini. Jika dilakukan dengan benar, transformasi BUMN menjadi investor global dapat meningkatkan posisi strategis Indonesia di dunia internasional, sambil memberikan kontribusi nyata bagi perekonomian nasional.
Erick Thohir Lagi?
Dalam konteks ini, peran Erick Thohir sebagai Menteri BUMN patut diperhatikan. Apakah Prabowo akan mempertahankan Erick Thohir di posisinya atau mencari tokoh baru yang mampu mewujudkan visi transformasi radikal ini? Erick telah melakukan berbagai inisiatif reformasi di BUMN, namun restrukturisasi besar-besaran yang diusulkan Mardigu mungkin memerlukan pendekatan baru.
Di bawah Prabowo, apakah transformasi BUMN akan mengikuti model Temasek, atau ada jalan lain yang akan diambil? Bagaimanapun juga, BUMN adalah salah satu tantangan terbesar yang akan dihadapi Prabowo dalam masa kepemimpinannya. Resep kesuksesan di sini bukan hanya pada pemangkasan atau restrukturisasi, tetapi juga pada bagaimana membangun fondasi baru yang berkelanjutan, transparan, dan berorientasi pada profit.
Prabowo menghadapi tantangan besar dalam mengelola BUMN yang selama ini dianggap beban. Model yang diusulkan oleh Mardigu, terinspirasi dari Temasek Singapura, menawarkan solusi jangka panjang yang radikal: pemisahan politik dari bisnis, penggabungan dan IPO, serta fokus pada investasi global. Namun, apakah Prabowo akan mengadopsi visi ini atau memiliki strategi lain, waktu yang akan menjawab. Yang jelas, transformasi BUMN akan menjadi salah satu ujian terbesar bagi pemerintahan Prabowo Subianto.(c@kra)