Lukman Edy: “Muhaimin Licin Kayak Belut”
MoneyTalk, Jakarta – Mantan Sekretaris Jenderal Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Lukman Edy, mengungkapkan pandangannya yang tajam terhadap kepemimpinan Abdul Muhaimin Iskandar atau yang akrab disapa Cak Imin.
Dalam sebuah wawancara yang dikutip dari kanal YouTube Akbar Faisal Uncensored pada Jumat (30/08), Lukman menyatakan bahwa Cak Imin memiliki karakteristik yang licin, seperti belut, dalam mengelola PKB dan politik nasional.
Lukman Edy mengakui bahwa terdapat banyak tantangan dalam membenahi partai politik di Indonesia, termasuk PKB.’Kita sudah terpisah dari PBNU dan segala macamnya. Saya ini yang keliru,” ujar Lukman.
Dia menegaskan pentingnya PKB untuk menjalankan politik Pilkada tanpa biaya yang mahal. Bahkan, jika ada mahar politik, Lukman menekankan bahwa itu harus dipertanggungjawabkan kepada publik.
Lukman juga menyoroti hubungan antara PKB dan Nahdlatul Ulama (PBNU). Menurutnya, PBNU sebagai pemegang saham mayoritas di PKB memiliki hak sebagai pendiri dan pemilik PKB. “Sudah ada yang menyampaikan ke PBNU bahwa mereka punya hak,” kata Lukman, menegaskan bahwa hubungan antara PKB dan PBNU seharusnya dihormati dan dijaga dengan baik.
Mengomentari karakter Cak Imin, Lukman Edy menggambarkannya sebagai sosok yang sulit dipegang dan tidak konsisten dalam komitmennya.
“Kalau ini kan eksternal itu bilang ini kayak belum dikasih oli sebentar lompat-lompat bisa dipegang tidak punya integritas untuk bisa mengawal, ya mengawal jalannya pemerintahan yang lebih baik di masa yang akan datang,” kata Lukman, mengkritik kepemimpinan Cak Imin yang dinilainya tidak memiliki integritas yang kuat.
Lukman juga menyebut bahwa situasi ini mencerminkan salah satu karakter partai politik di Indonesia, di mana problematika internal sering kali muncul dan perlu dihadapi. “Inilah salah satu ciri dan karakter partai politik di Indonesia, salah satunya adalah a. Problem tapi memang harus begitu,” ujar Lukman, menekankan bahwa dinamika ini adalah bagian dari proses politik.
Mantan Sekjen PKB ini juga mengungkapkan upaya untuk membenahi PKB yang telah dilakukan selama bertahun-tahun. Namun, dia juga mengakui bahwa berbagai konflik internal telah melelahkan para aktivis partai. “Kita sudah menahan hampir 20 tahun ya, artinya karena tahun 2008 banyak sekali konflik. Bahkan pernah dalam 15 tahun 1 masa periode itu 3 kali, 2 kali MLB (Muktamar Luar Biasa). Para aktivis sudah capek,” ungkap Lukman.
Lukman Edy menyadari bahwa sekarang adalah saat yang tepat untuk melakukan pembenahan dalam tubuh PKB, terutama setelah lebih dari dua dekade berjalan. “Sekarang waktunya momentumnya untuk melakukan pembenahan,” katanya. Dia menegaskan bahwa partai politik harus berkomitmen pada prinsip-prinsip yang diatur dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, serta undang-undang yang berlaku.
Lukman juga mempertanyakan apakah partai politik, termasuk PKB, memiliki mekanisme yang jelas dalam mengatur kepemimpinan, termasuk batasan masa jabatan ketua umum. Dia menekankan bahwa proses pergantian kepemimpinan harus dilakukan secara konstitusional dan sesuai dengan aturan yang berlaku.(c@kra)